Teks, Koteks, dan Konteks dalam Literasi Menulis di Sosmed
Sebelum membaca artikel ini, saya ingin menyapa kawan-kawan yang hoby membaca dan menulis. Bagaimana kabarnya? Hari ini sudah baca buku apa saja dan sudah menulis apa? Jawab sendiri ya… 😊😊😊. Ketika membaca buku Pragamtik pasti kita pernah mendengar mendengar istilah teks, koteks, dan konteks, tentu istilah ini tidak asing lagi kan? Apalagi teman-teman akademisi atau para dosen dan guru bahasa dan mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia, istilah-istilah itu pasti pernah bermain dalam pikirannya. Kali ini saya ingin berbagai informasi pentingnya teks, koteks, dan konteks dalam literasi menulis di sosmed.
Literasi menulis adalah kemampuan seseorang untuk memahami, menggunakan, dan memproduksi tulisan yang efektif dan efisien. Literasi menulis melibatkan pemahaman tentang cara-cara untuk mengorganisir informasi, mengembangkan ide, menulis dalam berbagai format dan gaya, serta mengedit dan merevisi tulisan. Keterampilan literasi menulis sangat penting di era digital ini karena hampir semua jenis pekerjaan dan komunikasi membutuhkan kemampuan menulis yang baik. Kemampuan menulis yang kuat juga membantu seseorang dalam mengekspresikan pikiran, ide, dan opini secara jelas dan efektif. Beberapa cara untuk meningkatkan literasi menulis adalah dengan membaca dan menulis secara teratur, mempelajari struktur dan gaya penulisan yang berbeda, meminta masukan dan umpan balik dari orang lain, serta memperbaiki dan merevisi tulisan secara konsisten, menjadikan menulis sebagai budaya, dan memiliki motivasi yang kuat dalam menulis.
Dalam menulis, penulis harus memperhatikan teks, koteks, dan konteks pada karyanya. Teks, koteks, dan konteks adalah konsep penting dalam literasi menulis yang berkaitan dengan bagaimana teks dapat dipahami dan digunakan secara efektif. Teks merujuk pada kumpulan kata, kalimat, dan paragraf yang membentuk sebuah tulisan. Teks bisa berupa berbagai jenis tulisan, seperti esai, artikel, cerpen, atau novel. Untuk menjadi literat dalam menulis, seseorang harus dapat memahami bagaimana membuat teks yang baik dan efektif dan konteks linguistik atau lingkungan yang mengelilingi teks, seperti kata-kata dan kalimat sebelum atau sesudahnya. Koteks bisa membantu pembaca untuk memahami makna teks secara lebih baik, karena memberikan petunjuk tentang apa yang dimaksud dengan kata-kata atau kalimat tertentu. Sedangkan konteks merujuk pada lingkungan sosial, budaya, atau sejarah yang mengelilingi teks. Konteks bisa mempengaruhi cara pembaca memahami teks, karena makna kata atau kalimat bisa berbeda-beda tergantung pada konteksnya. Sebagai contoh, kata-kata yang dianggap sopan atau tidak sopan bisa berbeda tergantung pada budaya atau era sejarah yang berbeda, serta tempat di mana dan pada siapa kata-kata itu diucapkan. Dalam literasi menulis, penting untuk memahami bagaimana teks, koteks, dan konteks saling terkait dan bagaimana memanfaatkan ketiganya untuk membuat teks yang efektif dan mudah dipahami.
Bagitu juga pada saat menulis di sosial media harus memperhatikan teks, koteks, dan konteks. Ketiga istilah ini sangat penting untuk memastikan pesan yang disampaikan sesuai dengan maksud dan tidak menimbulkan kesalahpahaman. Teks berisi tentang pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca. Menulis di sosial media, kita harus memastikan pesan yang disampaikan jelas dan mudah dipahami oleh pembaca. Gunakan bahasa yang tepat, hindari penggunaan bahasa yang kasar atau ofensif, dan hindari penggunaan kata-kata yang ambigu atau terlalu teknis. Pada bagian koteks berkaitan tentang latar belakang atau sejarah yang mempengaruhi pemahaman pesan yang disampaikan. Dalam menulis di sosial media, perhatikan koteks atau latar belakang dari topik yang kamu bahas. Pertimbangkan apakah pembaca memahami konteks atau tidak. Jika tidak, pertimbangkan untuk memberikan penjelasan yang jelas atau memperjelas pesanmu agar pembaca bisa memahaminya dengan baik. Sedangkan konteks berkaitan dengan situasi atau lingkungan di mana pesan tersebut disampaikan. Pada saat menulis di sosial media, penulis harus perhatikan konteks atau situasi di mana pesan tersebut disampaikan. Pertimbangkan apakah pesan tersebut sesuai dengan konteks atau tidak. Misalnya, jika kamu menulis tentang topik politik, ekonomi, budaya atau pendidikan pastikan pesanmu tidak mengandung unsur provokatif atau kontroversial yang bisa menimbulkan konflik di media sosial. Dengan memperhatikan teks, konteks, dan koteks, kamu bisa menulis di sosial media dengan lebih baik dan efektif. Pesan yang disampaikan bisa diterima dengan baik oleh audiensmu dan tidak menimbulkan kesalahpahaman atau konflik di media sosial. pada sosial media sering kita membaca tulisan lucu bertujuan menghibur pembaca, seperti contoh berikut ini;
Teks: “Hari ini cuaca sangat cerah! Saya akan pergi berlari di taman. Siapa yang mau ikut?”
Koteks: Teks tersebut diposting oleh seseorang di media sosial, ia ingin mencari teman untuk berolahraga bersama di taman. ia ingin mengajak orang-orang untuk menjaga kesehatan dan berolahraga bersama di tempat terbuka.
Konteks: Postingan ini bisa diposting di platform media sosial seperti Twitter atau Facebook, di mana orang-orang bisa melihat dan merespon dengan cepat. Postingan tersebut juga bisa dilengkapi dengan tagar (berlari, olahraga, dll) agar lebih mudah ditemukan oleh orang lain yang juga ingin berolahraga di taman.
Dengan memperhatikan contoh teks, koteks, dan konteks di atas, pengguna bisa lebih efektif dalam menyampaikan pesan dan mempengaruhi audiensnya dengan lebih baik.
Dalam konteks kehidupan saat ini yang penuh teknologi, keterampilan menulis harus dimiliki oleh semua orang, termasuk pada akademisi. Keterampilan menulis merupakan hal yang sangat penting bagi akademisi karena kegiatan penulisan adalah bagian integral dari pekerjaan mereka. Namun, seringkali keterampilan menulis dianggap sulit bagi akademisi, sehingga para serjana, dosen, dan guru besar tidak banyak yang menulis walaupun ini kewajiban mereka secara akademis. Oleh karena itu, penting bagi universitas dan lembaga pendidikan lainnya untuk memberikan pelatihan dan dukungan untuk meningkatkan keterampilan menulis bagi para akademisi. Ini dapat dilakukan melalui workshop, kursus penulisan, konseling, dan sumber daya online. Sebagai penulis penting untuk memahami makna dari teks, koteks, dan konteks secara keseluruhan agar pesan yang ingin disampaikan dapat dipahami dengan baik. Penulis yang baik pasti memahami strategi dalam menulis agar tulisannya mudah dipahami oleh pembaca, maka perlu penulis harus memahami istilah teks, koteks, dan konteks dalam pragmatik.
Penulis:
–Herman Wijaya: Dosen Universitas Hamzanwadi & Mahasiswa S3 di Universitas Sebelas Maret
–Muhammad Rohmadi: Dosen Universitas Sebelas Maret