“BARONG TENGKOK”: Kesenian Tradisional Suku Sasak
Ep1- Pulau Lombok merupakan satu dari pulau utama, yang membentuk provinsi Nusa Tenggara Barat. Lombok memiliki aneka ragam kebudayaan dan kesenian, berbagai ragam budaya dapat di temukan di pulau Lombok. Salah satu di antara unsur penting dalam sistem ke budayaan adalah kesenian, melalui kesenian manusia dapat memperoleh pengalaman serta ide yang mencerdaskan kehidupan batiniahnya. Dengan kata lain, kesenian salah satu jenis hasil kreatif yang menjadi kebutuhan manusia untuk mengungkapkan rasa keindahan.
Kesenian tradisional merupakan kekayaan budaya bangsa yang harus di penggang teguh, di pelihara, dan di kembangkan terus menerus. Salah satu dari bagian penting terhadap kesenian adalah ungkapan kreativitas dari kebudayaan kita sendiri. Kesenian tradisional lahir dari hasil kreativitas manusia yang menjadi kebutuhan masyarakat setempat yang mencakup berbagai kesenian tradisional yang ada. Kepentingan ini terkait dengan kebutuhan manusia dalam hubungannya dengan alam ataupun lingkungan ( Umar kayam, 1981:38).
Sebagai salah satu warisan nenek moyang kita, kekayaan budaya di pulau Lombok harus di jaga dan dilestarikan. Kekayaan budaya yang kita miliki harus menjadi kebanggaan warga suku Sasak di pulau Lombok. Secara garis besar, begitu banyak kesenian serta budaya yang kita miliki diwariskan secara turun temurundari nenek moyang, hingga kegenerasi saat ini. Sayang sekian banyak kesenian dan budaya yang kita miliki anak-anak generasi muda sekarang masih banyak yang belum mengetahui kesenian tradisional yang ada di pulau Lombok ini. oleh sebab itu, salah satunya dengan mengenal dan membaca kesenian asli di pulau Lombok seperti kesenian tradisional Barong Tengkok salah satunya kesenian tradisional.
Kesenian tradisionalBarong Tengkok mulai dari tahun 72 an berdirinya sampai sekarang masih tetap di pertahankan di pulau Lombok. Banyak masyarakat suku Sasak suka mendengar kesenian Barong Tengkok. Meskipun pada zaman sekarang, anak-anak muda masih banyak yang belum mengetahui kesenian tradisional Barong Tengkok. Kesenian Barong Tengkok harus tetap di pertahankan dan di lestarikan di pulau Lombok. Meskipun banyak kesenian yang baru-baru muncul, itu tidak akan menjadi pengaruh kesenian yang sudah hadir terlebih dahulu. Kesenian Barong Tengkok salah satu peningggalan nenek moyang kita semuannya yang ada di pulau Lombok( Gumi Sasak) selain kesenian tradisional Sasak yaitu gendang beleq.
Siapa yang tidak mengenal musik ke senian Barong Tengkok? Mulai dari suara seruling, suara ketukan gendang, suara kencang, dan suara ketukan terompog dan gong. Setiap kesenian memiliki ciri khas musik yang dimainkan itu berbeda-beda. Itulah kesenian dan kebudayaan suku Sasak beraneka ragam. Barong Tengkok sebagai salah satu kesenian tradisional suku Sasaq yang di hadirkan rangkaian pada upacara adat yaitu pernikahan dan khitanan dan acara-acara besar pada masyarakat suku Sasak. Kesenian ini merupakan kesenian yang sering di gunakan oleh masyarakat Lombok khususnya masyarakat suku Sasak pada umumnya.
Kesenian tradisional suku Sasak sebagai salah satu kesenian bersifat turun temurun warisan dari nenek moyang yang harus tetap dikembangkan dan dilestarikan di pulau Lombok. Barong Tengkok sebagai salah satu kesenian tradisional di pulau Lombok yang secara konseptual sebagai penghibur masyarakat dalam upacara adat.
Pada zaman kerajaan islam dan hindu kesenian tradisional ini sebelum dinamakan Barong Tengkok. Pertama dinamakan Tambur. Kedua pada tahun tuju puluh dua baru dinamakan Barong Tengkek, dengan perkembangan zaman semakin maju akhirnya yang ketiga dinamakan Barong Tengkok sampai saat ini masih disebut. Barong Tengkok memiliki jenis yaitu Barong Tengkoklaki-laki dan Barong Tengkokperempuan. Secara filosopi makna Barong Tengkok memiliki nilai-nilai yaitu nilai budaya, agama, dan moral. Bentuk Barong Tengkok memiliki bentu singa, ia membedakan dirinya sendiri dengan kesenian yang lain di pulau Lombok khusnya dan pada umumnya. Alat-alat kesenian Barong Tengkok memiliki fungsi dan makna masing-masing, meskipun secara implinsif yang dapat diambil dalam tatanan kehidupan bermasyarakat.
Penulis: Dedi Irawan (Peneliti dan Mahasiswa Pascasarjana Universitas Mataram)